Kamis, 23 Maret 2017

Perkara Mengenai Pengucapan Insya Allah atau In Shaa Allah


بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum ikhwan dan akhwat sekalian..
saya disini ingin memberi sedikit perkara mengenai pengucapan إن شاء الله. Manakah yang lebih benar "Insya Allah" atau "Insha Allah"? dan bagaimana pandangan Dr. Zakir Naik?
Pertama, Dr Zakir Naik tidak pernah mengatakan apa pun tentang penulisan “insya Allah” maupun “In Shaa Allah”. Sehingga gambar yang mencatut nama Dr Zakir Naik dalam hal ini adalah hoax. Akun Twitter Zakir Naik Fans telah memberikan tanggapan terkait pencatutan nama tersebut.
Kedua, memang terdapat perbedaan penulisan antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Bahasa Indonesia ditulis dengan huruf alfabet sedangkan bahasa Arab ditulis dengan hufur hijaiyah.
Dalam bahasa Arab, penulisan yang benar adalah إِنْ شَاءَ اللَّه Yang artinya “jika Allah menghendaki” atau “jika Allah berkehendak”
Akhir akhir ini sering kita jumpai tulisan- tulisan di Social Media yang mempermasalahkan penulisan Insya Allah atau Insha Allah. Masyarakat mulai bertanya tanya terkait perubahan makna dalam kalimat tersebut jika tidak di tulis dengan benar. Manakah yang lebih tepat jika tidak ditulis menggunakan huruf arab, Insya Allah atau Insha Allah?
perbedaan inilah yang akhirnya mengharuskan adanya transliterasi (penulisan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia), misalnya, kata الله dalam bahasa Arab, bila di-transliterasikan ke dalam bahasa Indonesia bisa jadi “Allah”, “Alloh”, “Awloh” atau apapun yang senada dengan bacaan asli Arabnya, tergantung kesepakatan transliterasi.
ok, sekarang, Insya Allah atau In Shaa Allah?
yang bener إن شاء الله hehe..
nah, balik lagi ke transliterasi, terserah kesepakatan kita mau mentransliterasikan huruf ش jadi apa? “syaa” atau “shaa”?,
kalo di negeri berbahasa Inggris sana, kata ش diartikan jadi “shaa”, kalo di Indonesia jadi “syaa”
masalahnya di Indonesia, huruf ص sudah ditransliterasikan jadi “shaa”, kalo disamain jadi tabrakan deh..
Ana pribadi lebih suka mentransliterasikan إن شاء الله jadi “InsyaAllah”, lebih simpel dan sesuai transliterasi bahasa Indonesia. :)
nah, bagaimana katanya kalo ada yang bilang “InsyaAllah” berarti artinya “menciptakan Allah?”, naudzubillahi min dzalik…
karena yang satu ini beda lagi masalahnya :)
karena إنشاء (menciptakan/membuat) beda dengan إن شاء (bila menghendaki)
Kesimpulannya?:)
jadi kalo kita nulis pake “InsyaAllah”, atau “In Syaa Allah”, atau “In Shaa Allah” bacanya sama aja dan artinya sama aja, yaitu “bila Allah menghendaki”, jadi nggak ada arti lainnya :)
yang paling bagus, ya udah, nulis dan ngomong pake bahasa Arab aja sekalian, lebih aman hehe..
Tentu yang paling baik adalah tulisan Arab asli. Hanya saja, hal itu menyulitkan jika ditulis di SMS, WA, BBM, dan lain-lain bukan?
Maka dari itu, berbagai postingan yang mempermasalahkan tentang penulisan Insya Allah atau Insha Allah adalah sama sekali tidak berdasar. saran saya, hati-hati jika belajar di Internet secara langsung. Cari lah guru yang lebih mengerti masalah Agama secara mendalam karena terkadang artikel di Internet tidak semua benar, tekadang artikelnya dikarang oleh penulis yang tidak bertanggung jawab dan banyak juga beredar artikel yang menyesatkan.
Semoga bermanfaat akh wa ukht sekalian :). Dan semoga antum sekalian tidak terkecoh dengan apa yang di kemukakan oleh orang, baik itu teman, saudara, sahabat maupun berbagai kalangan lainya :)
Silahkan di share jika bermanfaat, dan jika ada penulisan kata yang salah harap di maafkan. sesungguhnya yang benar itu datang dari Allah dan yang salah datang dari diri saya sendiri.

والله اعلم

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ :)

Selasa, 14 Maret 2017

Mengapa Sastra Arab?

    بسم الله الرحمن الرحيم
 


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
 Perkenalkan nama saya Juferiwal Is, nama akrabnya Ferry.. ketika mendengar nama tersebut orang-orang pasti bertanya, Juferiwal Is itu apa artinya? namanya kok seperti orang inggris? bahkan guru di sekolah saya dulu hampir semua salah melafadzkanya, bahkan dosen sekalipun salah melafadzkan nama saya, banyak yang melafadzkannya dengan pengucapan inggris, seperti wal menjadi well, dan juferi menjadi jefri, jadi kalau di gabung menjadi jefriwel, Allahu akbar. Sudahlah, lupakan, bakal jadi panjang pembahasanya kalau diteruskan. Baiklah, saya disini bukan membahas masalah nama atau identitas saya, tetapi saya ingin share pengalaman saya tentang perkuliahan. Tentang mengapa saya memilih jurusan BSA (Bahasa dan Sastra Arab). Umur saya sekarang 19 tahun, belum tua amat, dan alhamdulillah saya sekarang kuliah di salah satu kampus islam yaitu Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.


  Ketika bertemu seseorang, sahabat, teman, sanak saudara dan sebagainya. Pasti keluar ucapan tiga kata, satu pertanyaan, yang selalu ditanyakan tepatnya pada diri saya seorang. Satu pertanyaan yang selalu di tujukan kepada saya, dan saya juga selalau mempertanyakan ini sebenarnya pada diri saya pribadi.
Pertanyaan itu berbunyi :

Mengapa Sastra Arab?

Mengapa saya mengambil jurusan ini sebagai bidang kuliah saya, baiklah, mungkin saya akan menceritakan beberapa keunggulan Bahasa Arab, toh teman-teman juga sudah pada tau semua bahwa Bahasa Arab itu adalah bahasa Al-Qur'an, bahasa surga, bahasa kaum muslim di dunia, bahasa yang tingkat fleksibilitasnya tinggi, dan kosa katanya sangat luas, hanya dengan satu huruf seperti wa atau bi saja sudah memiliki arti tersendiri, atau dengan tiga huruf seperti kataba saja sudah memiliki subjek dan predikat. Lengkap sebagai suatu syarat kalimat bukan? belum lagi dari kata kataba bisa berbentuk berbagai kata yang berbeda makna, belum lagi verb bentuk presentnya, ya intinya satu kata akan menghasilkan puluhan anak buahnya. Tapi apakah dengan bukti tersebut dapat memuaskan antum mengapa memilih sastra arab?

Saya rasa pasti tidak, pada zaman sekarang ini yang dibutuhkan dunia kerja adalah orang-orang yang berasal dari jurusan akuntansi, kedokteran, psikologi, dan jurusan-jurusan lain mungkin.

Baiklah, jika pertanyaan anda timbul karena hanya memikirkan pekerjaan atau mencari rezeki, maka izinkan saya menjawab berkenaan dengan itu juga. Namun sebelum saya menjawab, saya ingin bertanya, dari kita dilahirkan ke dunia ini, bukankah Allah sudah memberi rezeki?

Sekarang apakah Allah yang Maha Kaya membagi rezeki dengan memikirkan jurusan apa kita? sekolah dimana? orangtua siapa? saya yakin, bahwa Allah memberi ilmu kepada seseorang sesuai dengan semangatnya mencari ilmu, dan begitu pula dengan rizki.

Kalau boleh jujur, banyak kakak senior saya dari sastra arab yang bekerja di bank, menjadi direktur, penulis, motivator, pejabat dan profesi-profesi lain yang menjanjikan, jadi apa yang perlu dikhawatirkan?

Yang perlu dikhawatirkan adalah ketika kita mencari rezeki dan tidak mengigat-Nya, tidak berada di jalan-Nya dan tidak ditolong oleh nya. Naudzubillah..

Dan apakah kekhawatiran itu di khususkan untuk mahasiswa sastra arab?
sepertinya tidak juga :)


   Semua disiplin ilmu itu baik dan sama, semua akan kembali kepada kita sang pelajar.
Seberapa jauh semangan dan kegigihan kita dalam belajar, bekerja dan beribadah. Sebesar apa motivasi yang dimiliki untuk menghalau persaingan di luar sana. Jadi jangan lagi tanyakan mengapa sastra arab? tapi doakanlah semoga selalu istiqomah dalam belajar menuntut ilmu, bekerja dan beribadah.

Kita berada di bumi yang sama, dan akan kembali pada tempat yang sama juga atau malah berbeda, syurga dan neraka bukan terletak pada program studi apa kita sekarang bukan?.
Dunia hanya sekejab mata, jika kita hanyan memikirkan jawaban dari pertanyaan itu saja, artinya kita sedang menghabiskan waktu anda.

Ketahuilah wahai sahabat, berfikirlah lebih bijak, bagaimana dengan program studi yang kita geluti (suka) atau pekerjaan yang sedang kira jalani bisa bermanfaat untuk nusa, bangsa, agama, dunia bahkan akhirat juga. Fikirkanlah, tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sudah membahagiakan orang tua kita saat ini? gelar apa yang sudah di beri? maka dari itu, berusaha mencari ilmu dengan niat yang ikhlas karena Nya. Kuliah itu bukan untuk mencari kerja, tetapi untuk mencari ilmu, ubahlah niat kita, rasa ego kita yang selama ini kuliah itu hanya untuk mencari kerja, tetapi niatkanlah dengan hati yang tulus bahwa kuliah itu untuk mencari ilmu, dan In syaa Allah dengan ridho Allah kita akan sukses. Aamin

Jadi, mengapa tidak dengan Sastra Arab?

Untuk segenap keluarga Sastra Arab, terima kasih telah membuat mata saya semakin terbuka bahwa kegigihan mencari ilmu harus selalu membara, dan yang membuat saya semakin percaya bahwa dengan belajar bahasa arab akan memudah kan dalam memahami atau mengkaji Al-Qur'an. Saya mempunyai prinsip :

"Jadilah mahasiswa yang tak kenal lelah dalam menuntut ilmu, tak kenal siang dan malam, karena Ilmu itu mahal"






 



Kehalusan Dalam Bertingkah Laku

   بسم الله الرحمن الرحيم Assalamu'alaikum sahabat fillah.. kali ini saya akan membahas makna dari kehalusan. Di simak baik-baik ya, ...